Penulis : Ramaluddin dan Pokdarwis Desa Tatangge, Konawe Selatan
KONSEL (SULTRAAKTUAL.ID) – Di ufuk barat Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara meyimpan sebuah surga yang memesona. Pesona itu bisa dinikmati di Desa Tatangge Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan dan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW).
Desa Tatangge memiliki luas wilayah 1.5 kilometer ini didiami 300 Kepala Keluarga. Sebagian besar warganya bermata pencaharian sebagai petani. Sisanya mengandalkan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan pegawai negeri.
Desa ini berbatasan langsung dengan TNRAW. Tak heran, jika Desa Tatangge disebut Desa Wisata Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai Tatangge.
Dari Kota Kendari, desa ini dapat ditempuh sekitar 2,5 jam. Sedangkan dari Ibukota Andoolo Konawe Selatan memakan waktu kurang lebih 1 jam.
Desa Wisata TNRAW Tatangge menawarkan beragam wisata yang dapat dinikmati oleh wisatawan. Seperti, Padang Savanna, Pusat Konservasi Rusa, Hutan Pendidikan Tatangge, dan Muara Lanowulu. Bahkan, di Bulan Agustus pengunjung dapat menikmati lintasan Galaxi Bimasakti di desa ini.

Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Tatangge, Ramli mengatakan berkunjung di objek wisata Desa Wisata TNRAW Tatangge, wisatawan dapat menikmatinya dengan berjalan kaki (walking tour) sambil mengamati flora dan fauna.
“Di Desa Wisata TNRAW Tatangge pengunjug bisa memancing, camping, fotography, penelitian, jungle track (menjelajahi hutan), outbond dan melihat pengembang biakan rusa timur,” ujar Ramli yang juga tercatat sebagai pegawai di BTNRAW.
Tak hanya itu, lanjut Ramli, pengunjung bisa menikmati kesejukan yang ada di Hutan Mangrove sambil menyusuri sungai.
Ekosistem Mangrove di Desa Wisata TNRAW Tatangge ini terletak di perbatasan Kabupaten Konawe Selatan dan Kabupaten Bombana. Ekosistem Mangrove di TNRAW seluas 6.317 hektar yang merupakan Kawasan hutan mangrove terluas di Pulau Sulawesi. Bahkan Hutan Mangrove di Desa Wisata TNRAW Tatangge dinobatkan menjadi Kawasan hutan mangrove terluas setelah Kalimantan.
“Di ekosistem ini terdapat fenomena areal terbuka secara alami. Kawasan ekosistem mangrove dan savanna nya terdapat habitat alami seperti Anoa. Hewan ini merupakan satwa endemik yang dilindungi dan menjadi khas Provinsi Sulawesi Tenggara,” sebutnya.
Hutan Pendidikan Desa Wisata TNRAW Tatangge menjadi simbol miniatur TNRAW. Wisatawan dapat melihat panorama seperti terbenamnya matahari di Padang Savanna.

Objek wisata ini memberi daya tarik tatkala Savanna dibaluti hutan rimbun, dikelilingi pegunungan dihiasi genangan air membentuk rawa yang melahirkan berbagai ekosistem.
“Objek wisata Rawa ini memiliki keunikan tersendiri. Pengunjung bisa melihat spesies hewan endemik seperti Kura-Kura Ambon yang langka. Di Hutan Gunung wisatawan bisa menjumpai berbagai fauna endemik khas Sulawesi Tenggara. Seperti burung kacamata Sulawesi, burung maleo, rangkong, pergam, tarantula bahkan spesies ular. Bahkan wisatawan bisa menikmati beragam flora yang ada seperti anggrek dan bunga rafflesia,” ujar Ramli.
Disamping itu, wisatawan yang berkunjung di Desa Wisata TNRAW Tatangge dapat menyaksikan ritual adat, di Muara Lanowulu di hari-hari tertentu.

Harnawati, Perangkat Desa Tatangge mengatakan Desa Wisata TNRAW Tatangge bukan saja menyajikan panorama alamnya yang memikat, tetapi pengunjung dapat menyaksikan budaya masyarakat. Budaya yang biasa digelar masyarakat dengan mengadakan acara syukuran di atas air.
“Di hari-hari tertentu, masyarakat biasa menggelar acara syukuran. Yang unik, acara itu dilakukan diatas air menggunakan perahu nelayan,” kata Harnawati.
Sebagai pemerintah desa, Harnawati berharap keragaman destinasi wisata di Desa Wisata TNRAW Tatangge bisa menarik wisatawan berkunjung di desanya.
“Kami berharap adanya destinasi ini bisa menarik pengunjung dan melahirkan roda ekonomi bagi masyarakat. Khususnya pelaku UMKM,” harapnya.