MUNA BARAT (SULTRAAKTUAL.ID) – Entah apa yang merasuki pikiran Asmal Tifa yang merupakan Kepala Sekolah di SMAN 1 Wadaga Kabupaten Muna Barat.
Ia tega menghina muridnya sendiri berinisial (AM) dengan kata-kata kasar.
Kasus ini berawal saat seorang siswi kelas XI SMAN 1 Wadaga, Kabupaten Muna Barat, menangis tersedu-sedu saat pulang sekolah pada Sabtu (27/9/2025).
Tangis itu pecah setelah dirinya dihina dengan kata-kata kasar oleh Pelaksana Tugas (Plt) Kepala SMAN 1 Wadaga, Asmal Tifa.
Orang tua siswi, La Mohidi, mengaku kaget melihat anaknya pulang dalam kondisi berlinang air mata. Setelah ditanya, barulah terbongkar jika sang anak, AM, mendapat ucapan tidak pantas dari kepala sekolah.
“Ibu kepala sekolah mengatai-ngatai saya. Katanya muak melihat mukaku,” ungkap AM di hadapan ayahnya.
AM yang merasa tidak pernah berbuat kesalahan di sekolah hanya bisa menangis dan mengadukan perlakuan kasar itu kepada kedua orang tuanya.
“Saya sudah tidak mau lagi sekolah di situ. Malu sama teman-temanku. Biar saya tidak membuat kesalahan, tetap mendapat perlakuan kasar dari kepala sekolah,” ucapnya lirih.
La Mohidi tidak serta-merta menerima cerita anaknya. Ia menelusuri akar masalah dengan mencari keterangan dari teman-teman sekelas AM.
Hasilnya, dugaan kata-kata kasar kepala sekolah memang benar adanya, tanpa dilatarbelakangi kesalahan dari AM.
Pada Senin (29/9/2025), La Mohidi bersama keluarga mendatangi SMAN 1 Wadaga untuk menuntut penjelasan.
Dari hasil pertemuan dengan guru BK dan wali kelas, terungkap bahwa AM tidak pernah tercatat melakukan pelanggaran disiplin.
“Dalam catatan kami, AM tidak pernah berbuat kesalahan. Masalah yang dialami saat ini dengan ibu kepala sekolah, kami tidak tahu secara persis. Kecuali ibu kepala sekolah sendiri yang bisa memberikan keterangan,” ujar guru BK sekolah tersebut.
Di hadapan keluarga korban, Asmal Tifa akhirnya mengakui khilaf dan meminta maaf atas ucapan kasarnya.
“Saya khilaf dan meminta maaf atas perkataan saya yang telah melukai perasaan keluarga AM. Saya salah paham dengan kejadian ini,” kata Asmal Tifa.
Bahkan, ia meminta orang tua korban agar membujuk anaknya tetap bersekolah di SMAN 1 Wadaga.
“Nanti saya kunjungi AM di rumah. Intinya saya mengaku khilaf dan memohon maaf,” tuturnya.
Meski sudah mendapat permintaan maaf, La Mohidi tetap kecewa. Ia menegaskan tidak bisa menerima anaknya dihina tanpa sebab yang jelas.
“Kalau anak saya berbuat kesalahan, saya tidak persoalkan. Masalahnya, anak saya tidak ada kesalahan yang mencoreng nama baik sekolah, tiba-tiba dikata-katai secara kasar. Saya tidak terima. Saya tidak mau lihat wajah ibu itu di sekolah ini lagi,” kesalnya.
Kasus ini tidak luput dari perhatian Kantor Cabang Dinas (KCD) Dikbud Sultra wilayah Muna, Muna Barat, dan Buton Tengah. Kepala KCD, La Ose, bahkan ikut hadir dalam proses penyelesaian kasus tersebut.
“Apa yang telah dilakukan oleh kepala sekolah adalah kelalaian. Murid tidak boleh diberi kata-kata yang tidak manusiawi. Kasus ini masuk kategori pembulian,” tegas La Ose.
Ia menekankan, tenaga pendidik harus mengedepankan sikap positif dalam menangani persoalan siswanya.
“Ini menjadi catatan kami di Cabang Dinas Kabupaten Muna Barat dan akan dilaporkan ke Dikbud Provinsi. Saya berharap agar seluruh sekolah tingkat SMA di Muna, Muna Barat, dan Buton Tengah tidak melakukan pembulian terhadap siswanya, karena tidak sesuai dengan norma-norma pendidikan,” tambahnya.
Merasa Dihina Kepsek dengan Kata “Muak Lihat Mukanya”, Murid SMAN 1 Wadaga Nangis Lapor Ortu
