OPINI (SULTRAAKTUAL.ID) – Miris, seorang bayi berusia 6 bulan dibanting oleh wanita berinisial PD (24) di Kendari, Sulawesi Tenggara, gegara emosi ibu korban tidak pernah mengirimkan uang untuk kebutuhan anak. Pelaku menuding ibu korban yang berada di perantauan tidak peduli dengan anaknya (Detik, 22-04-2025).
Tak kalah miris bayi mungil yang masih lucu-lucunya harus menjadi korban kekerasan hingga menyebabkan meninggal dunia. AYS (28) dan istrinya YG (24) menyiksa bayi berusia 2 tahun yang diasuhnya hingga tewas, di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau. Dari pengakuan tersangka, ini disebabkan sakit hati karena korban sering rewel dan menangis (Kompas, 14-06-2025).
Kedua fakta di atas hanya secuil kasus dari banyaknya kasus, baik yang terekspose maupun tidak. Hal ini jelas sangat memprihatinkan. Apalagi banyaknya kekerasan yang terjadi berasal dari lingkungan terdekat ataupun keluarga.
Kasus tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor di antara, yaitu faktor ekonomi. Sungguh tidak sedikit bayi-bayi mungil yang tak berdosa harus menanggung penyiksaan, karena masalah ekonomi yang mendera keluarga.
Himpinan ekonomi kapitalisme sering menjadi alasan orang tua menyiksa dan menelantarkan anak. Begitu juga dengan tayangan media bisa menjadi pemicu terjadinya kekerasan pada anak. Tak ketinggalan sistem ini juga membuat hubungan sosial antar masyarakat kering dan individualis, minim kepedulian pada sesama, sehingga memudahkan terjadinya kekerasan terhadap anak.
Di samping itu, faktor emosi yang tidak terkendali juga mempengaruhi seseorang melakukan sesuatu di luar akal sehat. Demi melampiaskan kekesalan, terkadang seseorang tak lagi dapat berpikir dengan baik dari dampak yang dilakukan, sekalipun hal tersebut akan membawa pada hilangnya nyawa.
Tak dipungkiri lemahnya pemahaman akan fungsi dan peran sebagai orang tua juga turut andil atas banyaknya kasus penelantaran dan kekerasan terhadap anak. Karena sungguh peran orang tua bukan hanya berperan memberi asupan gizi yang baik untuk tumbuh kembang buah hatinya, tapi juga memberi teladan yang baik untuk anak-anaknya. Sebab orang tua merupakan sekolah utama dan pertama bagi anak-anaknya.
Sistem kehidupan saat ini (sekularisme kapitalisme) pun membuat para orang tua tidak tahu bagaimana cara mendidik dan mengasuh anak. Sistem ini bahkan menghilangkan fitrah orang tua yang punya kewajiban melindungi anak-anak dan menjadkan rumah sebagai tempat paling aman untuk anak.
Pun jika menilik terkait regulasi, sebenarnya sudah ada regulasi tentang perlindungan anak, namun nyatanya belum mampu menuntaskan persoalan kekerasan pada anak. Sebab, regulasi tersebut dibangun dengan ruh sekuler dan kapitalis, sehinggan belum mampu menyentuh akar persoalan terjadinya beragam kekerasan pada anak yang disebabkan oleh faktor yang kompleks.
Berbeda dengan sistem yang ada saat ini, Islam memiliki solusi untuk semua persoalan, termasuk keluarga. Penerapan Islam secara sempurna dalam kehidupan akan menjamin terwujudnya berbagai hal penting dalam kehidupan seperti kesejahteraan, ketentraman jiwa, terjaganya iman dan takwa kepada Allah Swt. Sebab Islam merupakan sistem hidup yang sesuai dengan fitrah manusia dan memuaskan akal.
Islam pun mengatur bahwa salah satu fungsi keluarga adalah sebagai pelindung. Fungsi keluarga dalam Islam juga membentuk kepribadian Islam kepada seluruh anggota keluarganya. Sehingga anak-anaknya kelak tak hanya cerdas secara akademik, tapi juga memiliki budi pekerti yang luhur.
Selain itu, negara akan melakukan edukasi untuk membentuk kepribadian Islam dan menguatkan pemahaman tentang peran dan hukum-hukum keluarga. Sehingga setiap individu dalam keluarga memiliki pemahaman yang sahih dan komitmen untuk melaksanakan kewajiban yang telah ditetapkan syariat untuknya, termasuk dalam membangun keluarga.
Negara juga akan melakukan edukasi yang terintegrasi dan komprehensif dalam sistem pendidikan maupun melalui berbagai media informasi dari departmen penerangan sistem Islam. Tak ketinggalan pelaksanaan hukum Islam secara menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan akan menjamin terwujudnya ketahanan keluarga yang kuat dan mampu mencegah terjadinya kekerasan dalam keluarga.
Dengan demikian, sungguh tidak mudah menjauhkan anak dari kekerasan jika masih banyak celah yang memicu hal itu. Dari itu, tidakkah umat ini merindukan aturan-Nya yang diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan? Karena sungguh Allah yang menciptakan hamba, maka Dia pula yang lebih mengetahui mana yang terbaik untuk hambanya. Wallahu a’lam.