BERITA

Kekecewaan Usai Smelter Gagal Dibangun, Rp 1 Miliar Ton Potensi Nikel di Routa Bakal Dinikmati Daerah Luar

×

Kekecewaan Usai Smelter Gagal Dibangun, Rp 1 Miliar Ton Potensi Nikel di Routa Bakal Dinikmati Daerah Luar

Sebarkan artikel ini
Rafli, warga Kecamatan Routa saat mengikuti RDP bersama Komisi III DPRD Sultra dan PT SCM.

KONAWE (SULTRAAKTUAL.ID) – Kekecewaan masyarakat Kecamatan Routa, Kabupaten Konawe, kian memuncak setelah janji pembangunan smelter di wilayah mereka berpotensi gagal diwujudkan. Selama dua dekade, warga telah menyerahkan ribuan hektare lahan dan mendukung aktivitas pertambangan PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) dengan harapan akan hadirnya kemajuan.

Namun yang terjadi, jutaan ton material tambang justru dikirim ke luar daerah tanpa manfaat nyata bagi masyarakat lokal.

Tahun ini saja, sekitar 19 juta ton tanah nikel dikabarkan dikirim ke Morowali, Sulawesi Tengah. Padahal, Routa merupakan salah satu wilayah dengan cadangan tambang terbesar di Sulawesi Tenggara (Sultra).

Salah satu Warga Routa Menggugat, Rafli, menyebut warga merasa dikhianati oleh perusahaan yang telah beroperasi selama 20 tahun di wilayah mereka. Ia mengatakan pengorbanan masyarakat yang rela kehilangan hutan damar dan kawasan danau Taparran Teo seolah tak berarti.

“Selama 20 tahun kami percaya bahwa pengorbanan kami akan dibayar dengan kehidupan yang lebih baik. Tapi yang terjadi, tanah kami diambil jutaan ton dan dikirim keluar daerah tanpa hasil yang kami rasakan,” ujar Rafli.

Wilayah Routa, lanjut dia, menyimpan potensi sumber daya nikel yang sangat besar. Estimasi cadangan di kawasan ini mencapai 1 miliar ton nikel, dengan PT SCM menguasai konsesi seluas 21.100 hektare. Kandungan mineral di dalamnya mencakup sekitar 13,8 juta ton nikel (kadar Ni 1,22%) dan 1 juta ton kobalt (kadar Co 0,08%) yang diproduksi dalam bentuk bijih limonit dan saprolit.

“Bayangkan, potensi sebesar itu diambil dari tanah kami, tapi manfaatnya tak dirasakan masyarakat Routa maupun Pemerintah Sultra. Semua hanya lewat di depan mata,” tegas Rafli.

Ia juga menilai program pemberdayaan masyarakat, pembinaan UMKM, dan kesempatan kerja bagi warga lokal hampir tidak berjalan. Padahal, menurutnya, kehadiran tambang semestinya menjadi motor pembangunan ekonomi daerah.

“Kami hanya menuntut keadilan. Kami ingin smelter dibangun di sini, agar kami tidak selamanya jadi penonton di tanah sendiri,” bebernya.

Harapan masyarakat Routa kian pudar setelah proyek Indonesia Konawe Industrial Park (IKIP) yang semula direncanakan sebagai lokasi smelter kini terbengkalai.

“Semua peralatan-peralatan yang dipakai membangun smelter sudah kosong, sudah dipindahkan. Malah sudah ada pipa besar yang mau dibangun menuju ke Morowali. Karyawan-karyawan IKIP sudah di-PHK,” tutup Rafli.

Sebelumnya, warga telah menemui Gubernur Sultra Andi Sumangerukka serta menggelar pertemuan dengan DPRD Sultra untuk meminta kejelasan. Namun, hingga kini belum ada kepastian terkait masa depan proyek yang diharapkan menjadi simbol kemakmuran masyarakat Routa itu.

BACA JUGA :  Penerbangan Rute Raha-Makassar Bakal Kembali Beroperasi
error: Content is protected !!