Oleh : Hasriyana S.Pd (Pemerhati Sosial Asal Konawe)
OPINI (SULTRAAKTUAL.ID) – Lagi dan lagi pelecehan terhadap perempuan terus berulang, mirisnya orang yang melakukan pelecehan seksual adalah seorang dokter anastesi yang notabene erat dengan rasa kemanusiaan.
Dengan modus memeriksa golongan darah korban untuk didonorkan ke orang tua yang sedang sakit. Mirisnya ini bukan kali pertama dilakukan, masih ada beberapa korban yang sama.
Sebagaimana yang dikutip dari BBC, 12-04-2025, kasus dugaan pemerkosaan yang dilakukan dokter Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) anestesi, Priguna Anugrah Pratama, disebut telah mencoreng dunia kedokteran dan menyebabkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap tenaga medis maupun rumah sakit, kata pengamat kesehatan.
Sebab profesi yang semestinya erat dengan rasa kemanusiaan justru bertindak sebaliknya. Akibatnya, muncul syak wasangka pada sejumlah pasien rumah sakit bahwa mereka mungkin pernah mengalami pelecehan ketika dalam pengaruh obat bius atau saat tak sadarkan diri.
Kekhawatiran itu menghinggapi Rina—identitas disamarkan untuk melindungi privasi. Pasalnya ia mengaku pernah dilecehkan secara seksual oleh seorang dokter beberapa tahun silam.
Dalam perkembangan terbaru pun, Polda Jawa Barat mengungkapkan tersangka Priguna diduga telah memerkosa tiga korban dalam waktu yang berdekatan dengan menggunakan obat bius.
Berulangnya kasus pelecehan terhadap perempuan mengindikasikan lemahnya para perempuan mendapat jaminan keamanan, khususnya di wilayah tempat mereka beraktifitas.
Tidak jarang pula korban pelecehan seksual wanita yang terjadi di masyarakat justru yang menjadi pelakunya adalah orang terdekat/keluarga. Kalau sudah seperti itu faktanya, lalu di mana harus mencari perlindungan dan keamanan, jika di tengah keluarganya sendiri saja menjadi korban.
Pun, kondisi keluarga saat ini memang sedang tidak baik-baik saja, banyak tontonan atau bacaan di masyarakat dijadikan tuntutan dalam hidup. Di antara berbagai media, seperti film, game, dan bacaan yang memicu rangsangan seksual. Bahkan tak sedikit situs-situs porno yang mudah diakses oleh semua kalangan, tak terkecuali oleh anak kecil.
Di samping itu, sanksi yang ada nampaknya belum mampu memberikan efek jera bagi pelaku. Ini tampak bahwa makin hari jumlah korban dan pelaku kian bertambah. Bahkan tidak sedikit didapatkan pelaku keluar masuk bui dengan kasus yang serupa.
Ditambah lagi pada tataran kehidupan masyarakat yang makin menjauhkan dan memisahkan peran agama dalam kehidupan. Dengan asas kebebasan berekspresi, justru membuat masyarakat banyak mengikuti gaya hidup orang barat yang serba bebas, seperti penyimpangan seksual, LGBT dan lainnya. Semua ini justru menjadi pemandangan yang ada pada negara yang katanya mayoritas penduduknya beragama Islam.
Hal ini justru berbeda dengan sistem Islam, di mana dalam tataran keluarga akan diberikan edukasi berkaitan pemahaman Islam. Bahkan basic akidah akan diperkuat sehingga melahirkan masyarakat yang memiliki pemahaman Islam yang benar.
Keyakinan itu pun yang akan memperkuat keimanan seseorang termasuk orang tua dalam mendidik anak-anaknya di dalam keluarga, sehingga akan sangat minim ditemukan orang yang melecehkan orang lain karena ada kesadaran akan hubungannya dengan Allah SWT.
Selain itu, dalam tataran negara akan memfilter berbagai macam tayangan TV ataupun media lainnya, mana yang boleh dan tidak untuk ditonton oleh masyarakat. Bahkan dalam Islam apa yang ditayangkan semuanya bersifat edukasi kepada masyarakat.
Sehingga tidak akan didapatkan dalam sistem Islam seperti kondisi saat ini, semua berbagai jenis tayangan bahkan yang sifatnya privasi ditayangkan di depan publik.
Tak kalah kalah penting adanya sanksi yang mampu memberikan efek jera bagi pelaku dan orang lain yang memiliki keinginan serupa. Karena dengan adanya sanksi yang tegas dan memberikan efek jera, orang akan berpikir ribuan kali untuk melakukan tindakan kriminal.
Dengan demikian, kita tidak bisa berharap banyak pada sistem saat ini yang notabene belum bisa menyelesaikan persoalan kekerasan terhadap wanita. Olehnya itu, tidakkah umat ini merindukan aturan yang maha sempurna yang bersumber dari Pencipta? Karena sungguh Allah yang menciptakan hamba, maka Dia pula yang lebih mengetahui mana yang terbaik untuk hambanya. Wallahu a’lam.