Oleh : Fitri Suryani, S.Pd (Freelance Writer)
OPINI (SULTRAAKTUAL.ID) – Belum lama ini masyarakat dihebohkan dengan adanya grup Facebook yang memiliki ribuan anggota, namun pembahasan di dalamnya merupakan sesuatu yang menyimpang. Sebagaimana dikutip dari Republika, 17-05-2025, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) meminta polisi mengusut grup Facebook dengan nama “fantasi sedarah”. Sebab konten itu mengandung unsur eksploitasi seksual dan telah meresahkan masyarakat.
Kemen PPPA pun mengecam keberadaan grup Facebook yang menormalisasi tindakan incest yang membahayakan perempuan dan anak. Kemen PPPA berkoordinasi dengan Direktorat Tindak Pidana Perempuan dan Anak dan Tindak Pidana Perdagangan Orang (PPA-PPO) Polri untuk dapat segera menindaklanjuti akun medsos Facebook tersebut.
Kasus tersebut jelas sangat mengerikan. Bagaimana tidak, keluarga yang seharusnya menjadi pelindung dan tempat aman bagi anggota keluarga seperti anak, tapi justru sebaliknya menjadi perusak generasi. Kalau sudah begitu di mana lagi anak akan mencari perlindungan dan tempat mengadu?
Gambaran fakta keji ini jelas menunjukkan adanya pengabaian terhadap aturan agama maupun masyarakat. Apalagi masyarakat kini nampak hidup bebas tanpa aturan. Demi kepuasaan individu apapun dilakukan, meski harus menabrak aturan agama. Hal ini laksana binatang, bahkan lebih rendah dari binatang, karena manusia diberi akal sedangkan binatang tidak.
Tak bisa dibayangkan, jika sistem keluarga telah rusak, bagaimana dengan lingkungan masyarakat di masa yang akan datang? Tentu saja hal ini merupakan sesuatu yang sangat mengkhawatirkan, karena sesungguhnya keluarga merupakan salah satu pondasi awal dalam membentuk lingkungan masyarakat dan negara yang baik.
Inilah buah dari penerapan sistem yang memisahkan peran agama dalam kehidupan. Agama dianggap cukup mengatur masalah ibadah, seperti salat, puasa, zakat dan naik haji. Sementara masalah yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan sesamanya, seperti pergaulan pengaturannya diserahkan kepada manusia semata.
Padahal manusia jika tanpa agama, maka yang berkuasa adalah hawa nafsu dan akal manusia yang lemah dan menyesatkan, rusak dan merusak. Bahkan sistem kapitalisme dengan liberalisasinya menjadikan rusaknya sendi-sendi kemulian manusia, karena menjadikan tujuan tertinggi atau tolok ukur kebahagian adalah kepuasan jasadi.
Ditambah saat ini begitu banyak media, baik itu bacaan, tontonan berupa film dan game tak sedikit mengandung hal-hal yang mampu membangkitkan syahwat. Mirisnya lagi banyak juga situs-situs porno yang mudah diakses oleh semua kalangan, tak terkecuali anak kecil.
Dari itu, sungguh saat ini begitu banyak gempuran yang mampu merusak moral dari segala sisi. Belum lagi, sanksi yang ada bagi pelaku belum mampu memberikan efek jera, sehingga dengan begitu mampu memberi celah bagi calon pelaku baru untuk melakukan hal serupa.
Berbeda dengan sistem yang ada saat ini, Islam sebagai jalan hidup yang sahih yang mengatur semua urusan manusia dan menjadikan rakyat sebagai pelaksana hukum syara. Karena sungguh standar perbuatan manusia berdasarkan hukum syariah yang bersumber dari wahyu Allah dan menjadikan tujuan tertinggi kebahagian adalah rida Allah.
Dalam pandangan syariat pun telah jelas bahwa inses sebagai suatu keharaman yang wajib dijauhi. Untuk itu Islam menyiapkan berbagai langkah dalam upaya pencegahan, seperti menjaga aurat dan interaksi termasuk membangun kekuatan iman dan takwa dan menutup semua celah terjadinya keburukan.
Pun adanya amar makruf nahi mungkar menjadi lapisan kedua dalam menjaga kemulian manusia, sebab manusia bukan malaikat atau nabi yang luput dari salah dan khilaf. Hal ini sebagaimana dalam surah Al-Imran ayat 110, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah”.
Tak kalah penting juga adanya sistem sanksi yang tegas yang akan membuat jera pelaku dan orang lain yang memiliki keinginan serupa. Pun kebijakan media yang akan melarang dan memberantas bibit-bibit perilaku buruk agar manusia jauh dari pelanggaran hukum syara. Sehingga dengan begitu, kesucian keluarga akan terjaga.
Oleh karena itu, sungguh saat ini sulit membendung aksi bejat dan menyimpang jika masih terdapat banyak celah yang mengakibatkan hal tersebut. Dari itu, tidakkah umat ini merindukan penerapan aturan-Nya dalam seluruh aspek kehidupan? Karena sungguh Allah yang menciptakan manusia, maka Dia pula yang lebih mengetahui mana aturan yang terbaik untuk umatnya, sehingga kehidupan dapat berjalan dengan baik. Wallahu a’lam.