Opini

Derita Gaza Meningkat, Butuh Persatuan Kaum Muslimin untuk Membebaskan

×

Derita Gaza Meningkat, Butuh Persatuan Kaum Muslimin untuk Membebaskan

Sebarkan artikel ini
Yuni Damayanti (Freelancer Writer).

Oleh : Yuni Damayanti/Freenalcer Writer

OPINI (SULTRAAKTUAL.ID) – Solusi Palestina masih menjadi sorotan dunia. Serangan Zionis terhadap penduduk Gaza tidak kunjung berhenti. Kini Gaza dihadapkan pada bencana lain, yakni kelaparan, dehidrasi dan malnutrisi. Bencana tersebut akan membawa anak-anak Gaza pada gerbang kematian. Anak-anak Gaza meregang nyawa akibat malnutrisi dan genosida.

Apalagi belum lama ini militer Israel pada Sabtu (6/9/2025) meminta warga Palestina di Kota Gaza, wilayah perkotaan terbesar di kantong, untuk mengungsi ke selatan. Militer memperingatkan bahwa operasi berlangsung di seluruh kota.

Pasukan Israel telah melancarkan serangan di pinggiran kota bagian utara selama berminggu-minggu, setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan militer merebut kota itu.

Serangan ini mengancam menggusur ratusan ribu warga Palestina yang selama hampir dua tahun berlindung di kota itu. Sebelum perang, sekitar satu juta orang atau hampir separuh populasi Gaza tinggal di Kota Gaza (Republika, 6/9/2025).

Hati manusia mana yang tidak teriris melihat penderitaan Gaza yang terus-terusan di serang oleh Zionis Israel? Manusia normal akan tersentuh hantinya menyaksikan penderitaan Gaza. Berangkat dari rasa kemanusiaan. Sebuah armada sipil internasional tengah berlayar di Laut Mediterania, membawa misi kemanusiaan sekaligus pesan politik. Armada tersebut berlayar untuk menantang blokade Israel atas Jalur Gaza.

Inisiatif ini dinamakan Global Sumud Flotilla (GSF), “sumud” berarti keteguhan dalam bahasa Arab. Bagi para pesertanya, istilah itu mencerminkan perlawanan damai menghadapi ketidakadilan.

Flotilla ini disebut sebagai yang terbesar dalam sejarah gerakan serupa. Lebih dari 50 kapal dan ratusan relawan dari 44 negara’ bergabung, dengan latar belakang beragam. Mereka terdiri dari aktivis, jurnalis, tenaga medis, hingga politisi dan figur publik. Mereka berangkat dengan satu tujuan: menembus blokade Gaza yang selama hampir dua dekade mengekang arus barang dan manusia.

Menurut penyelenggara, Global Sumud bukan sekadar konvoi bantuan, melainkan manifesto moral masyarakat sipil internasional. Global Sumud menilai pemerintah dunia terlalu lambat menyelamatkan rakyat Gaza dari kelaparan, penyakit, dan krisis kemanusiaan (Rri, 2/9/2025).

Jika dicermati masalah Gaza  yang telah lama dibombardir oleh Zionis, ini tidak cukup diselesaikan dengan pemberian bantuan makanan dan obat obatan. Sebab akar masalah Gaza adalah penjajahan oleh Zionis, tanpa mengecilkan upaya dari teman-teman gerakan kemanusiaan. Namun kenyataannya kita saksikan banyak bantuan yang tidak sampai di Gaza.

Andai saja para penguasa negeri Islam berpegang teguh pada Al-Quran dan Sunnah Rasulullah Saw., seharusnya mereka melakukan hal-hal berikut: Pertama, menyerukan jihad (perang) dan membuka pintu-pintu perbatasannya dengan Palestina, seraya menggerakkan semaksimal kekuatan tentara yang mereka miliki. Inilah yang wajib mereka lakukan dalam rangka memenuhi seruan Allah Swt dalam surah Al-Anfal ayat 72.

Penguasa Muslim seharusnya mengubur rasa takut dan kecemasan atas kekuatan semu Israel dan bangsa-bangsa pendukungnya. Fakta membuktikan, Israel bisa dikalahkan oleh Hizbullah, yang notabene bukan negara. AS mengalami kebangkrutan besar dalam perang di Afganistan dan Irak karena tidak mampu mematahkan perlawanan para mujahidin.

Sungguh orang-orang kafir sangat takut terhadap kekuatan umat Islam. Sebagaimana dalam surah Al-Hasyr ayat 13, “Kamu (kaum yang beriman) benar-benar lebih ditakuti di dalam hati mereka daripada Allah. Hal itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengerti.”

Ironisnya, saat umat Islam berpikir untuk melakukan jihad di Palestina, yang pertama kali menghalangi umat Islam untuk berjihad justru para penguasa di negeri-negeri Islam itu sendiri. Padahal Rasulullah saw.—sebagai kepala negara Daulah Islam di Madinah saat itu—telah memberikan uswah (teladan) dengan bertindak cepat dan tegas dengan cara membersihkan entitas Yahudi ketika mereka mencoba melecehkan seorang muslimah. Demikian juga sikap para Khalifah pada masa-masa Kekhilafahan setelah beliau.

Kedua, negara Israel harus dihapus sebagaimana Rasulullah saw. mengusir orang-orang Yahudi dari semenanjung Arab. Sebabnya, akar persoalannya adalah berdirinya negara Israel di tanah kaum Muslim. Tanah Palestina adalah hak dan milik umat Islam yang diperoleh dengan tetesan darah dan air mata serta mengorbankan banyak nyawa. Statusnya sebagai tanah kharajiyah tidak akan pernah berubah hingga Hari Kiamat. Karena itu, langkah damai hanyalah manipulasi sekaligus merupakan pengakuan tak langsung terhadap penjajahan bangsa Yahudi atas tanah kaum Muslim. Padahal parapenguasa Muslim saat ini seharusnya meniru para Khalifah dulu yang tidak pernah membiarkan sejengkal pun tanah Palestina dikangkangi orang-orang kafir Yahudi.

Ketiga, para penguasa negeri Islam seharusnya meninggalkan sistem jahiliah saat ini dengan cara menerapkan syariah Islam secara total dalam institusi Islam. Kesatuan dan persatuan umat Islam seutuhnya kembali mewujud di bawah satu kepemimpinan seorang Khalifah. Lalu umat akan berperang di belakang Khalifah—yang berfungsi sebagai perisai—untuk menghancurkan eksistensi Yahudi dan menghentikan penjajahan Amerika dan sekutunya.

Dengan demikian, sulit membebaskan Gaza dari kekejaman dan genosida Zionis Israel dan sekutunya, jika penguasa negeri-negeri Islam tidak besatu untuk membantu secara militer rakyat Gaza Palestina dari penjajahan. Untuk itu, tidakkah umat ini merindukan kedamaian dunia, seperti pada masa penerapan Islam di masa-masa terdahulu? Wallahu a’lam.


BACA JUGA :  Aktivitas Blasting PT Mineral Bumi Puluti Mengkhawatirkan : Tiang PLN Hancur, Masyarakat Desa Gelap Gulita
error: Content is protected !!